Tangerang Selatan (26/09) – Seminar Nasional Bumi dan Atmosfer (SENBA) Series #2 adalah lanjutan dari rangkaian kegiatan National Atmospheric and Earth Science Fair (NATSEC FAIR) 2020. SENBA Series #2 ini mengangkat tema Potensi Tsunami Senyap dan Upaya Mitigasinya dengan Bapak Dr. Ir. Muhammad Sadly, M.Eng sebagai Keynote Speaker. Selain itu, webinar kali ini juga menghadirkan Bapak Prof. Ir. Sri Widiantoro, M.Sc,. Ph.D., IPU. sebagai narasumber. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 26 September 2020 secara daring menggunakan media Zoom dan Youtube.

WEBINAR SENBA SERIES#2 : POTENSI TSUNAMI SENYAP DAN UPAYA MITIGASINYA

Peserta WEBINAR SENBA Series #2

Taruni Ranti Kurniati selaku MC membuka acara pada pukul 09.00 WIB, kemudian sesi foto, dilanjutkan dengan pengantar dari Bapak Dr. Deni Septiadi, M.Si. selaku Ketua NATSEC FAIR 2020. Acara kemudian diserahkan oleh MC kepada Bapak Dr. Iman Suardi, M.Sc. selaku moderator. Pemaparan pertama dari Deputi Bidang Geofisika BMKG, Bapak Dr. Ir. Muhammad Sadly, M.Eng. Beliau memaparkan tentang tsunami senyap dan upaya mitigasinya di Indonesia. Dalam pemaparannya beliau mengatakan bahwa BMKG tidak memiliki otoritas untuk mengevakuasi masyarakat pada saat adanya potensi tsunami. Oleh karena itu, dalam mitigasi dan menghadapi bencana gempa dan tsunami kita harus bersinergi untuk keselamatan dan kesejahteraan rakyat, karena tidak ada institusi yang bisa menanganinya sendiri. Pada penutup paparannya ada tiga poin yang beliau sampaikan yaitu implementasi Perpres No. 93 Tahun 2019 harus dilakukan secara nyata, dengan riset pengembangan terkait rancang bangun model prediksi tsunami senyap (Atypical Tsunami) sangat mendesak dilakukan dan edukasi kepada masyarakat, latihan evakuasi, serta penyiapan sarana dan prasarana evakuasi oleh Pemda sangat penting.

Bapak Prof. Ir. Sri Widiyantoro, M.Sc,. Ph.D., IPU sebagai pemapar kedua menyampaikan tentang meningkatkan ketahanan gempa dari Ibukota baru Indonesia. Beliau menyampaikan tentang risetnya bersama rekannya yang baru saja dipublikasikan di Nature Research. Paper yang baru dipublikasikan tersebut cukup membuat heboh masyarakat Indonesia akhir-akhir ini karena mengatakan tentang potensi terjadinya tsunami setinggi 20 meter. Beliau pun meluruskan bahwa itu hanya kesalahpahaman karena sebenarnya 20 meter adalah tinggi maksimum tsunami di satu titik di Jawa Barat. Pada akhir pemaparannya ada dua hal yang ingin beliau sampaikan yaitu perlu penambahan instrumen untuk Ina-TEWS (Submarine & Sea Level) di Selatan Jawa dan perlu penguatan Earthquake Early Warning System (EEWS) untuk Jakarta dan sekitarnya, juga kota besar lain seperti Bandung.

Sesi tanya jawab menjadi sesi terakhir pada webinar kali ini. Pada sesi tanya jawab, Bapak Prof. Ir. Sri Widiyantoro, M.Sc,. Ph.D., IPU. kembali menegaskan bahwa berita yang beredar di masyarakat, tsunami setinggi 20 meter merupakan hasil dari modelling dan bukan prediksi. WEBINAR ini diakhiri dengan sesi kuis untuk seluruh peserta.(ICE / E_N25)