Tangerang Selatan (25/6) – Tiga orang taruna/i STMKG yang mengikuti kegiatan InaPRIMA 2018 telah kembali menjalani kegiatan perkuliahan seperti biasa selepas selesainya acara ini. Mereka telah kembali dari pelayaran selama 3 minggu dengan berlabuhnya kapal Geomarine III di Pelabuhan Sibolga pada Selasa, 12 Juni 2018 dan dilanjutkan dengan kepulangan ke daerah masing-masing menjelang Hari Raya Idul Fitri 1439 H.

Tim STMKG dengan Kapal Geomarin III yang digunakan dalam pelayaran

Para taruna/i yang masing masing adalah Taruna Muhammad Fuad Islami (Meteorologi 8D), Khafid Rizki Pratama (Meteorologi 8B) dan Ejha Larasati Siadari (Meteorologi 8B) menjelaskan bahwa InaPRIMA yang merupakan singkatan dari Indonesian Program Initiative on Maritime Observation and Analysis adalah program kerjasama BMKG dengan NOAA dan badan penelitian lainnya di Indonesia seperti LIPI, BPPT dan Kementrian ESDM dengan pokok programnya adalah maintenance buoy di Samudra Hindia, bagian selatan Pulau Sumatra, sudut barat Pulau Sumatra dan daerah 15o LU sekaligus melaksanakan penelitian oseanografi, gravitasi, dan maritime. Mereka juga didampingi oleh dosen STMKG yakni Hasti Amrih Rejeki, M.Si. dan Suharni, M.T.

InaPRIMA yang dilaksanakan sejak tahun 2015 ini, baru pertama kali diikuti oleh taruna/i STMKG. Sebelumnya pihak STMKG hanya mengirimkan dosen untuk mengikuti pelayaran penelitian ini, namun tahun ini para taruna/i juga dilibatkan dalam pelayaran penelitian ini. Mereka terpilih dari seleksi yang dilaksanakan oleh Pusat Maritim BMKG untuk 3 orang taruna/i. Pemilihan ini diutamakan untuk para peneliti di bidang meteorologi maritim agar mengetahui bagaimana kondisi di lapangan saat penelitian.

Pelayaran yang dilakukan berbeda rute dan lokasi dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017, rute yang ditempuh adalah ke daerah 12o LS dan menuju daerah 8o LU di dekat Pulau Sabang. Untuk tahun 2018, rute yang ditempuh untuk maintenance buoy dimulai dari lintang 0o (khatulistiwa) dan dilanjutkan ke daerah 4o LU, 8o LU, 12o LU, dan terakhir di daerah 15o LU. Dan dalam penelitian yang dilakukan di tengah laut, mereka juga masih menyempatkan untuk mengerjakan skripsi mereka disela-sela waktu luang mereka.

Tim InaPRIMA 2018 diatas Kapal Geomarin III

Selama penelitian di tengah laut, pembagian tugas dilakukan melakukan pembagian shift tugas dengan tiap shift dikerjakan oleh 2 orang. Tiap shift bertanggung jawab atas penelitian pada pagi, siang, malam 1 (pukul 19.00 – 00.00), dan malam 2 (00.00 – 07.00). Penelitian yang dilakukan adalah mengenai pengamatan sinoptik, pengamatan udara atas, radiosonde dan lain lain. Untuk Taruna Khafid sendiri mendapatkan bagian pengamatan udara atas dan radiosonde. Sedangkan Taruna Fuad mendapatkan bagian recover dan deploy. Dan Taruni Ejha mendapatkan bagian CTD (conductivity, temperature, density), konduktivitas, temperatur, density bersama Dosen Hasti Amrih Rejeki, M.Si. Dan terakhir Dosen Suharni, M.T. mendapatkan bagian transducer kedalaman kontur tiap lapisan lautan hingga kedalaman 500 meter. Untuk pengamatan di titik pengamatan adalah mengenai recover dan deploy, transducer, CDD, maintenance buoy dan radiosonde. Sedangkan pengamatan selama perjalanan pelayaran adalah mengenai observasi maritim.

Dukungan semangat dan doa selalu mengiringi dan turut serta hingga kembalinya tim dari misi pelayaran penelitian tersebut. Apresiasi dan penghargaan diberikan kepada kontingen STMKG secara simbolik berupa penyerahan sertifikat sebagai penghormatan atas keberhasilan dalam menjalankan tugas. Tim bercerita bahwa dalam pelayaran kapal Geomarine III terdiri atas 48 orang yaitu peneliti, kru kapal dan lain lain. Banyak yang mengalami “mabuk laut” pada saat penyesuaian awal berlayar. Dan untuk keperluan konsumsi di kapal, mereka menuturkan bahwa ada bagian logistik didalam kapal yang menyediakan kebutuhan makanan minuman yang dibawa dalam pelayaran penelitian ini.

Selama 21 hari berlayar, mereka pernah mengalami kejadian yang berbahaya. Hal ini dirasakan saat mereka sedang melakukan recover dan deploy, dikarenakan kedua  hal ini dilaksanakan selama 2 hari 2 malam penuh yang dibagikan kedalam 2 kelompok setiap 24 jam. Dalam pelaksanakannya mereka juga harus menggunakan pakaian khusus dari kapal karena harus menerapkan prinsip “safety first“. Salah satunya pada saat dititik ke-5 di daerah 15° LU terjadi hujan deras dengan angin kencang dan gelombang tinggi sehingga mereka harus segera meninggalkan tempat itu secepatnya karena ada peringatan bahwa akan terjadi cuaca buruk

Kontingen STMKG dengan pakaian khusus yang digunakan dalam penelitian

Terakhir, mereka berharap agar kuota untuk taruna/i STMKG tetap ada pada program selanjutnya agar para taruna/i STMKG bisa memahami lebih mengenai kenyataan di lapangan saat observasi. Mereka juga berharap agar program ini terus dilanjutkan. Karena dengan adanya kerjasama antara BMKG dengan NOAA, dapat mengangkat nama BMKG sendiri selaku pelayan informasi meteorologi di Indonesia. (AF/MKA)