JAKARTA, 3/4 – Masih dalam rangka memperingati Hari Meteorologi Dunia, BMKG menyelenggarakan seminar ilmiah di bidang geofisika di Gedung G Kantor BMKG Pusat, Kemayoran, Jakarta Pusat. Seminar ini berjudul “Sumber-sumber Gempa Bumi dan Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat”. Diadakannya seminar ini juga berkaitan dengan Sarasehan Kesiapan Jakarta Menghadapi Gempa Bumi Megathrust yang diadakan oleh IKAMEGA STMKG 28 Februari lalu.

Pada seminar ini, BMKG mengundang 4 narasumber yang sudah tidak asing lagi di kalangan ilmuwan geofisika, yakni Dr. Danny Hilman Natawidjaja, M.Sc. dari LIPI, Dr. Irwan Meilano dari ITB, Dr. Iman Suardi dari STMKG, dan Dr. Widjo Kongko dari BPPT. Keempat narasumber ini sama membahas potensi kegempaan di wilayah Barat Jawa yang notabene sangat jarang terjadi gempa.

Bapak Irwan mengatakan bahwa di Jawa bagian Barat relatif jarang terjadinya gempa, padahal terdapat zona subduksi dari lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Sedangkan di daerah Sumatera dengan kondisi tektonik yang sama justru sering merasakan gempa. Hal ini berdampak pada psikologis penduduk di Jawa bagian Barat. Mereka menganggap bahwa tidak mungkin terjadi gempa besar di daerahnya karena jarang terjadi gempa. Justru hal ini yang menjadi ancaman. Karena jika di suatu daerah dengan adanya zona subduksi dan banyaknya sesar jarang terjadi gempa, maka energi gempa di daerah tersebut akan diakumulasikan sehingga jika terjadi gempa sewaktu-waktu akan sangat besar. Bahkan dikatakan dapat mencapai magnitude 8.7 Mw.

Gempa besar ini dikaitkan dengan hipotesa bahwa di Jakarta terdapat sesar yang bersambung dari sesar Baribis-Kendheng. Namun sesar ini belum dipastikan keberadaannya karena kurangnya data yang dapat memperkuat hipotesa tersebut. Para ilmuwan sedang melakukan penelitian mengenai sesar tersebut.

Dr. Jaya Murjaya, M.Si. selaku moderator menyampaikan kesimpulan dari hasil seminar dan diskusi. Dikutip dari penyampaian dari Bapak Irwan, bahwa dalam usaha pengurangan gempa bumi, pertanyaannya lebih pada “apa yang harus kita lakukan?” bukan “kapan”. Maka dari itu, diperlukan pemetaan dan penelitian jalur-jalur sesar aktif untuk wilayah yang memiliki bangunan-bangunan besar atau instalasi vital.